Kamis, 30 September 2010

Batik Lasem Tembus Pasar Kanada dan Jepang

Rembang (ANTARA) - Batik tulis lasem Kabupaten Rembang, Jawa Tengah (Jateng) mampu menembus pasar Kanada dan Jepang karena para pengrajin terus mempertahankan kualitas produknya.
Ketua Klaster Batik Tulis Lasem, Ahmad Rifai di Rembang, Kamis, mengatakan, prestasi itu merupakan bentuk pengakuan masyarakat internasional atas kualitas batik tulis lasem.
"Permintaan selama September ini cenderung tinggi. Pasar yang harus dilayani cukup kompleks, mulai pasar lokal sampai nasional, karena kualitas produk benar-benar kami perhatikan," kata dia.
Menurut pemilik usaha pembuatan batik tulis lasem, Gunung Bugel Art itu, tingginya permintaan membuat omzet penjualan meningkat berkisar Rp100 juta/bulan.
"Jumlah pengusaha dalam klaster batik tulis lasem lebih dari 20 pengusaha. Omzet penjualan per bulan rata-rata pengusaha berkisar Rp100 juta/pengusaha," katanya.
Dia mencontohkan, perusahaannya yang selama Agustus 2010 mampu menembus omzet Rp160 juta. Jumlah itu, kata dia, akan lebih baik pada September 2010.
"September 2010, kami yakin bisa lebih dari Rp175 juta, karena gairah pembeli saat Lebaran cukup tinggi. Mungkin banyak pemudik membawa oleh-oleh berupa batik tulis lasem," katanya.
Mengenai motif batik tulis lasem yang sering dicari pelanggan, menurut dia dominan motif sekar jagad. Ini masih menjadi primadona konsumen di pasaran, baik lokal maupun nasional.
"Kami juga sedang menyelesaikan ratusan potong batik memenuhi permintaan pelanggan di Jakarta. Kesibukan kami semakin bertambah pada Oktober mendatang," katanya.
Dia menambahkan, pada 16-18 Oktober, pihaknya diundang untuk mengikuti pameran batik lasem di Hotel Patra Jasa Semarang.
"Pernah ada satu pembeli datang ke salah satu gerai penjualan batik kami. Si pembeli yang mengaku dari Jakarta tersebut melakukan transaksi tunai di tempat sampai hampir Rp100 juta," katanya.
Nila Tristiarini, salah satu pembeli batik lasem dari Semarang mengatakan, batik lasem memang terkenal sebagai batik tulis dengan cita rasa seni yang tinggi.
"Kami membeli lima potong masing-masing seharga Rp200.000 sebagai oleh-oleh," kata Kepala Pusat Entrepreneurship Universitas Dian Nuswantoro Semarang, saat ditemui di gerai penjualan batik lasem, Gunung Bugel Art.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar